Thailand Sita Aset Rp 5 Triliun dari Jaringan Pusat Online Scam Asia, Libatkan Elite Kamboja
Internasional

Thailand Sita Aset Rp 5 Triliun dari Jaringan Pusat Online Scam Asia, Libatkan Elite Kamboja

BANGKOK, 4 Desember 2025 – Pemerintah Thailand mengumumkan keberhasilannya menyita aset senilai lebih dari 300 juta Dolar AS (sekitar Rp 5 triliun) yang terkait erat dengan jaringan penipuan siber (online scam) transnasional yang beroperasi luas di Asia Tenggara. Pengumuman ini disampaikan oleh Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, pada Rabu (3/12/2025), sebagai bagian dari operasi gabungan internasional yang menargetkan salah satu sindikat kejahatan terbesar di Asia.

BACA JUGA : Dewas KPK Periksa Dua Penyidik Terkait Dugaan Enggan Memanggil Gubernur Bobby Nasution

Penyitaan besar-besaran ini menyusul serangkaian operasi terkoordinasi yang melibatkan otoritas penegak hukum dari Asia, Eropa, dan Amerika Serikat (AS). Fokus utama operasi ini adalah Prince Holding Group yang berbasis di Kamboja, serta jaringan bisnis globalnya.

Perdana Menteri Anutin Charnvirakul menegaskan bahwa penyitaan ini merupakan salah satu yang terbesar yang pernah dilakukan oleh Thailand. “Semua yang bertanggung jawab harus diadili sesuai hukum,” tegas Anutin, dikutip dari kantor berita AFP.

Target Utama dan Keterlibatan Pejabat Tinggi

Target utama dari penyitaan aset ini mencakup empat individu penting:

  1. Chen Zhi: Pendiri Prince Group kelahiran China.
  2. Kok An: Seorang Senator dan pengusaha Kamboja yang juga sekutu dekat mantan Perdana Menteri Kamboja (kini Presiden Senat) Hun Sen.
  3. Dua Warga Negara Thailand yang diduga memiliki kaitan erat dengan operasi penipuan.

Pada Oktober lalu, otoritas AS telah mendakwa Chen Zhi atas tuduhan memimpin kamp kerja paksa di Kamboja. Di kamp-kamp tersebut, para korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dipaksa untuk menjalankan operasi penipuan siber secara massal.

Rincian Penyitaan Aset di Thailand

Kantor Pemberantasan Pencucian Uang (Anti-Money Laundering Office / AML) Thailand merilis rincian aset yang berhasil disita di yurisdiksi mereka:

Target AsetNilai Aset (Baht)Nilai Aset (Rupiah)Keterangan
Chen Zhi373 jutaRp 194 miliar100 item, termasuk tanah, uang tunai, barang mewah, dan perhiasan.
Senator Kok Ansekitar 15 juta Dolar ASRp 249,25 miliarAset yang terkait dengan pengusaha Kamboja.
Dua WN Thailandsekitar 290 juta Dolar ASRp 4,8 triliunBagian terbesar dari penyitaan yang terkait erat dengan operasional scam.
Total Penyitaan ThailandLebih dari 300 Juta Dolar AS± Rp 5 triliun

Prince Group: Jaringan Kriminal Transnasional Terbesar

Jaringan penipuan siber ini telah menjadi momok yang menjamur di berbagai negara Asia Tenggara. Modus operandi mereka melibatkan operasi dari gedung perkantoran atau gudang yang berfungsi sebagai “pabrik penipuan,” di mana para pelaku menargetkan pengguna internet di seluruh dunia. Laporan TPPO menunjukkan bahwa banyak pekerja dipaksa terlibat dan ditahan dalam kondisi menyerupai penjara.

Departemen Kehakiman AS, pada Oktober 2025, secara eksplisit menyebut Prince Group sebagai salah satu organisasi kriminal transnasional terbesar di Asia.

Kontribusi Global dalam Penyitaan Aset

Upaya penindakan terhadap jaringan ini tidak hanya terbatas di Thailand. Otoritas penegak hukum di seluruh dunia juga telah melakukan penyitaan aset yang fantastis:

  • Amerika Serikat (AS): Menyita Bitcoin senilai sekitar 15 miliar Dolar AS (Rp 249,16 triliun) yang diduga kuat merupakan hasil kejahatan jaringan perusahaan tersebut.
  • Inggris: Membekukan aset bisnis dan properti di London dengan nilai total lebih dari 130 juta Dolar AS (Rp 2,15 triliun) yang terkait langsung dengan jaringan Chen Zhi.
  • Negara Asia Lain (Taiwan, Singapura, Hong Kong): Secara kolektif, penyitaan aset di wilayah ini mencapai hingga 350 juta Dolar AS (Rp 5,8 triliun).

Meskipun menghadapi tekanan global yang masif, Prince Group bulan ini mengeluarkan pernyataan resmi. Mereka secara publik menyangkal keras bahwa perusahaan maupun pendirinya, Chen Zhi, telah melakukan tindakan kriminal apa pun.