Hujan deras yang melanda wilayah Tepi Barat memicu insiden signifikan pada Selasa (25/11/2025), ketika sebagian tembok pemisah kontroversial yang dibangun oleh Israel di perbatasan dengan Palestina dilaporkan roboh. Peristiwa ini terjadi setelah alam menunjukkan kekuatannya melawan salah satu struktur pemisah yang paling dikritik di dunia.
BACA JUGA : Sejarah yang Diremehkan: Kisah iPhone Generasi Pertama, dari Ejekan Kompetitor Menuju Dominasi Global
Banjir Bandang Menggerus Struktur Beton
Menurut laporan dari media Turkiye, Yeni Safak, bagian tembok yang terletak di selatan Kota Hebron ambruk total. Robohnya tembok tersebut disebabkan oleh banjir bandang yang intensitasnya tinggi, yang secara signifikan menggerus dan merusak fondasi struktur beton yang menopang tembok.
Video yang tersebar dari lokasi kejadian memperlihatkan dengan jelas bagian besar dari tembok pemisah tersebut ambruk dan hancur.
Tembok pemisah ini diketahui mulai dibangun oleh Israel pada tahun 2002 dan sejak awal pembangunannya telah menuai kecaman dan kritik internasional yang luas. Kritik ini mencapai puncaknya pada tahun 2004, ketika Mahkamah Internasional (ICJ) mengeluarkan pernyataan tegas yang menyatakan bahwa pembangunan tembok tersebut ilegal menurut hukum internasional.
Dampak Cuaca Ekstrem pada Infrastruktur Palestina
Cuaca ekstrem yang ditandai dengan curah hujan tinggi ini tidak hanya merobohkan tembok. Infrastruktur vital di Tepi Barat juga mengalami kerusakan signifikan.
Kantor berita Anadolu Agency melaporkan bahwa sejumlah jalan utama di wilayah barat Ramallah mengalami kerusakan parah akibat tanah longsor yang dipicu oleh tingginya intensitas curah hujan. Selain itu, dilaporkan pula beberapa kendaraan mengalami kerusakan setelah terjebak dalam banjir. Meskipun demikian, otoritas setempat memastikan bahwa hingga saat ini, belum ada laporan mengenai korban jiwa akibat bencana alam ini.
Peringatan Dini dan Risiko Banjir Susulan
Ahli meteorologi Palestina, Qussai Halaika, menjelaskan bahwa hujan deras melanda berbagai wilayah dalam waktu singkat, menyebabkan tingginya volume air. “Curah hujan tertinggi tercatat di wilayah barat Yerusalem, Betlehem, dan Hebron,” ujarnya.
Halaika menambahkan bahwa meskipun intensitas hujan mulai menurun ke arah timur, risiko terjadinya banjir bandang di dataran rendah masih tinggi. Oleh karena itu, otoritas setempat telah mengeluarkan peringatan dini bagi masyarakat untuk tetap waspada. Peringatan ini terkait potensi banjir susulan dan kemungkinan kerusakan lebih lanjut pada infrastruktur jalan, mengingat kondisi cuaca di Tepi Barat yang masih belum sepenuhnya stabil.



