Eskalasi Ketegangan di Karibia: Amerika Serikat Tingkatkan Tekanan Militer dan Ekonomi terhadap Venezuela
Internasional

Eskalasi Ketegangan di Karibia: Amerika Serikat Tingkatkan Tekanan Militer dan Ekonomi terhadap Venezuela

Ketegangan geopolitik di kawasan Amerika Selatan mencapai titik didih baru setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara terbuka menyatakan tidak menutup kemungkinan adanya opsi militer terhadap Venezuela. Pernyataan ini muncul di tengah pengerahan armada angkatan laut besar-besaran yang bertujuan untuk memperketat sanksi ekonomi, khususnya pada sektor minyak yang merupakan jantung perekonomian negara tersebut.

BACA JUGA : Tragedi Kebakaran di Penjaringan: Diduga Akibat Pengisian Daya Mobil Listrik, Lima Orang Tewas

Pernyataan Tegas dari Gedung Putih

Dalam sebuah wawancara dengan NBC News pada Kamis, 18 Desember 2025, Presiden Donald Trump memberikan pernyataan singkat namun berdampak besar mengenai potensi keterlibatan militer AS di Venezuela. Ketika ditanya mengenai kemungkinan pecahnya perang, Trump menjawab bahwa dirinya tidak mengesampingkan opsi tersebut.

Langkah ini sejalan dengan klaim Trump sebelumnya yang menyebut bahwa Venezuela kini tengah dikepung oleh armada tempur terbesar yang pernah dikerahkan dalam sejarah Amerika Selatan. Meskipun demikian, Presiden Trump masih enggan memberikan rincian detail mengenai apakah tujuan akhir dari mobilisasi ini adalah penggulingan kekuasaan Presiden Nicolas Maduro secara paksa.

Blokade Minyak dan Diplomasi Keras

Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump berkomitmen penuh untuk menghentikan aliran pendapatan Venezuela dari sektor minyak. Sektor ini tidak hanya menjadi penopang utama anggaran nasional Venezuela, tetapi juga merupakan jalur logistik energi yang krusial bagi sekutu regionalnya, seperti Kuba.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menegaskan bahwa posisi Amerika Serikat terhadap rezim Maduro saat ini adalah nol toleransi. Rubio menyatakan bahwa status quo yang sedang berlangsung tidak dapat diterima dan tujuan utama Washington adalah mengubah dinamika politik di Caracas. Meski bersikap keras dan mendukung blokade distribusi minyak, Rubio menyatakan bahwa pintu dialog belum sepenuhnya tertutup, meskipun peluangnya terlihat sangat kecil di tengah eskalasi militer saat ini.

Di sisi lain, penasihat senior Stephen Miller turut melayangkan tudingan keras terhadap pemerintah Venezuela, dengan menyebut adanya praktik perampasan yang dilakukan oleh rezim yang berkuasa.

Respon Venezuela dan Pertaruhan Cadangan Minyak Dunia

Venezuela merupakan negara dengan cadangan minyak terbukti terbesar di dunia. Menanggapi tekanan dan kehadiran armada perang AS di dekat perairan mereka, pemerintah Venezuela menyatakan komitmennya untuk menjamin keamanan armada kapal pengangkut minyak mereka. Caracas menegaskan bahwa pengiriman minyak akan tetap berjalan demi menjaga keberlangsungan ekonomi negara.

Eskalasi ini dipandang oleh para analis sebagai upaya AS untuk memutus total “tali pengikat” ekonomi Maduro. Sebagai langkah tambahan, pada Jumat kemarin, Washington kembali menjatuhkan sanksi baru yang menyasar anggota keluarga dan lingkaran terdekat Presiden Maduro, guna mempersempit ruang gerak finansial mereka di kancah internasional.

Hambatan Konstitusional di Dalam Negeri AS

Meskipun retorika perang terus menguat, langkah Donald Trump untuk melakukan aksi militer langsung masih terganjal oleh mekanisme hukum di dalam negeri. Berdasarkan konstitusi Amerika Serikat, kewenangan formal untuk menyatakan perang berada di tangan Kongres. Hingga saat ini, pemerintahan Trump belum mengajukan permintaan persetujuan formal kepada badan legislatif tersebut untuk memulai konfrontasi bersenjata.

Situasi ini menempatkan kawasan Karibia dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi. Pengerahan kekuatan militer dalam skala besar yang dibarengi dengan sanksi ekonomi sepihak menunjukkan bahwa Amerika Serikat sedang menerapkan strategi tekanan maksimum (maximum pressure) untuk memaksakan perubahan kepemimpinan di Venezuela.