Antisipasi Ancaman Cuaca Ekstrem: BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca Skala Nasional
Nasional

Antisipasi Ancaman Cuaca Ekstrem: BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca Skala Nasional

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengambil langkah proaktif dalam menghadapi potensi ancaman cuaca ekstrem menjelang akhir tahun. Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) akan digelar secara masif di sejumlah wilayah strategis, meliputi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Bali. Langkah ini merupakan respons serius terhadap potensi hujan ekstrem yang dipicu oleh tiga sistem tekanan rendah di perairan: Siklon Bakung, Bibit Siklon 93S, dan Bibit Siklon 95S.

BACA JUGA : Keyakinan Nasional: 66,5 Persen Publik Yakin Pemerintah Mampu Tangani Bencana Sumatera Tanpa Bantuan Asing

Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, menyampaikan rencana antisipatif ini kepada Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Kabinet Paripurna yang berlangsung di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (15/12/2025).

Strategi dan Efektivitas Modifikasi Cuaca

Faisal menjelaskan bahwa OMC bertujuan untuk mencegah awan hujan mendekati wilayah daratan padat penduduk. Dua metode utama akan diterapkan dalam operasi ini:

  1. Penyemaian Awan di Perairan:
    • Awan-awan hujan yang bergerak mendekati daratan akan disemai menggunakan bahan Natrium Klorida (NaCl).
    • Tujuannya adalah memicu jatuhnya hujan lebih awal di lokasi yang aman, seperti perairan atau laut, sehingga intensitas hujan yang sampai di daratan berkurang.
  2. Pemecahan Awan di Daratan:
    • Jika awan hujan terlanjur berada di atas wilayah sensitif, misalnya Jakarta, bahan yang disebarkan adalah Kapur Tohor (Kalsium Oksida/CaO).
    • Penyebaran CaO berfungsi memecah awan, mencegah terjadinya hujan dengan intensitas tinggi di lokasi tersebut.

Menurut Faisal, modifikasi cuaca terbukti mampu menurunkan curah hujan antara 20 hingga 50 persen. “Jadi ini membantu untuk mengendalikan atau memitigasi bencana-bencana meteorologi yang mungkin diakibatkan oleh cuaca ekstrem,” jelasnya.

Kolaborasi Institusi dan Peringatan Dini

BMKG menegaskan komitmen untuk bekerja sama dengan instansi terkait, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas). Kolaborasi ini penting untuk memastikan pemantauan berkelanjutan dan kesiapan operasional di lapangan.

Masyarakat juga diimbau untuk menjaga kewaspadaan namun tetap tenang. Faisal meminta masyarakat untuk selalu memantau informasi kondisi cuaca dan bersiap menghadapi potensi curah hujan tinggi maupun gelombang tinggi selama periode ini.

Perhatian Serius Presiden Terhadap Mitigasi Bencana

Dalam kesempatan terpisah, Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan jajaran kabinetnya untuk memberikan perhatian serius terhadap seluruh peringatan dini yang dikeluarkan oleh BMKG. Permintaan ini disampaikan dalam Rapat Terbatas (Ratas) pada Sabtu (13/12/2025), sebelum kunjungan Presiden ke lokasi bencana banjir di Langkat, Sumatera Utara.

Prasetyo, juru bicara kepresidenan, menyebutkan bahwa salah satu agenda utama Ratas adalah persiapan menghadapi periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), di mana peningkatan curah hujan diprediksi terjadi di beberapa daerah.

“Masalah komunikasi juga diperhatikan, termasuk peringatan dini dari BMKG untuk beberapa daerah yang mungkin di Natal dan tahun baru ini akan mengalami peningkatan curah hujan untuk menjadi perhatian,” kata Prasetyo.

Selain isu cuaca, Kepala Negara juga menekankan pentingnya menjamin ketersediaan logistik selama momen libur panjang tersebut. Presiden ingin memastikan ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di seluruh Indonesia serta stok bahan makanan pokok agar stabilitas masyarakat, terutama yang merayakan Natal dan Tahun Baru, dapat terjaga.